Laba perusahaan meningkat tajam, lantas mengapa Amazon justru dikabarkan bakal naikkan biaya berlangganan “Prime“? Sebuah pemberitaan bahkan menyebutkan bahwa hal itu dilakukan Amazon guna menutupi biaya operasional mereka. Benarkah demikian?
Dilansir dari laman cnet.com, laba Amazon dikabarkan naik hampir dua kali lipat pada kuartal keempat. Hal itu lantaran raksasa e-commerce itu mampu mengimbangi kenaikan biaya operasional bisnis e-commerce-nya yang luas dengan investasinya di Rivian, sebuah perusahaan mobil listrik.
Perusahaan juga mengatakan akan menaikkan harga langganan Prime yang populer.
Penjualan bersih pada kuartal Oktober-Desember, yang mencakup musim liburan, naik 9% menjadi $137,4 miliar.
Hal itu, menurut Yahoo, nyaris meleset dari rata-rata $137,6 miliar yang diperkirakan para analis.
Kinerja tersebut didukung oleh penjualan di layanan iklan Amazon dan sektor cloud computing.
Namun, laba per saham hampir dua kali lipat menjadi $27,75 dan mengalahkan ekspektasi analis sebesar $3,48.
Chief Financial Officer Amazon, Brian Olsavsky memuji IPO Rivian, di mana Amazon telah berinvestasi, untuk meningkatkan laba bersih sebesar $ 11,8 miliar.
Harga saham Amazon naik setelah perusahaan merilis laporannya, naik lebih dari 14% nilainya setelah harga penutupan $2.777.
Penurunan pendapatan operasional terjadi karena meningkatnya biaya tenaga kerja dan biaya logistik.
Biaya yang telah ditunjukkan Amazon tahun lalu akan memengaruhi bisnisnya saat tahun 2021 berakhir.
Pengeluaran konsumen tidak banyak mengimbangi biaya tersebut, dan bisnis direct retail Amazon tumbuh tipis 1% pada kuartal keempat, dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan 43% di tahun sebelumnya.
Belanja liburan disebut telah memicu tingkat pertumbuhan 12% di marketplace penjual pihak ketiga pada tahun 2021, atau naik, dibandingkan dengan 54% pada musim liburan 2020.
Salah satu cara Amazon mengatasi meningkatnya biaya tenaga kerja dan logistik adalah dengan meningkatkan biaya berlangganan/keanggotaan Amazon Prime.
Keanggotaan bulanan akan melonjak menjadi $15 dari yang semula $13. Sementara keanggotaan tahunan akan naik menjadi $139 dari yang semula hanya $119.
Perubahan, yang pertama sejak 2018, akan dimulai pada 18 Februari untuk anggota baru dan setelah 25 Maret untuk anggota yang sudah ada.
Peningkatan biaya tidak menghalangi Amazon untuk menginvestasikan konten Prime Video, yang diharapkan perusahaan akan menarik lebih banyak pelanggan.
Perusahaan ini pun mengeluarkan serial baru, seperti pertunjukan Lord of the Rings. Kemudian menjalin kesepakatan dengan NFL untuk Thursday Night Football, yang diharapkan mampu bersaing dengan Netflix, Hulu dan Disney Plus.
Di sisi lain, Brian Olsavsky, Chief Financial Officer Amazon, menegaskan bahwa pengeluaran tersebut tidak akan mendorong kenaikan harga keanggotaan. Tetapi ia tak menampik soal investasi yang memang dibutuhkan untuk membuat layanan menjadi menarik.
Amazon pun menghadapi tantangan dari para pekerja. Pemungutan suara serikat pekerja dimulai pada hari Jumat untuk para pekerja di sebuah gudang di Alabama. Pekerja gudang di New York juga mencoba untuk berserikat.
Perusahaan belum bisa merekrut secara agresif seperti yang direncanakan. Omicron, kata Olsavsky, juga meningkatkan biaya tenaga kerja, karena kadang-kadang perusahaan membayar tiga kali lipat biaya jam kerja ketika seorang pekerja sedang cuti lantaran COVID dan perusahaan harus membayar pekerja lain untuk lembur guna menutupi shift mereka.
Baca juga: Investor Panik, dalam Sehari Meta Kehilangan 240 Miliar Dollar