Cara Membangun Software House – Memulai usaha software house seharusnya dapat dimulai dengan satu langkah kecil saja, yaitu mencari proyek software development. Namun, jika Anda memiliki rencana dan tujuan yang jelas, itu akan lebih baik. Dengan memiliki visi dan rencana bisnis, setiap langkah yang Anda lakukan dalam membangun software house akan lebih terarah.
Pada artikel Teknovidia kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya dalam merintis usaha software house. Semoga dapat membantu bagi Anda siswa dan mahasiswa IT yang ingin membangun bisnis IT, maupun bagi software developer profesional yang sudah jenuh ‘ikut orang’. Mari kita simak bersama.
Prospek Bisnis Software House
Apakah bisnis software house masih memiliki prospek? Perusahaan software house adalah perusahaan jasa, dimana tipe perusahaan ini lebih sulit untuk di-scale up. Maksudnya bagaimana? Bisnis jasa sangat bertumpu pada tingkat keahlian dan jumlah tenaga ahli yang ada di perusahaan tersebut.
Tim pengembang software dengan 5 tahun pengalaman tentu saja berbeda dengan yang baru lulus kuliah. Begitu pula jumlah personil dalam satu tim software development sangat menentukan kualitas produk software yang dapat dihasilkan.
Jika dalam satu proyek pengembangan software membutuhkan setidaknya 3 anggota tim, maka ketika perusahaan mengerjakan 2 proyek paralel akan membutuhkan 6 personil. Bagaimana jika harus mengerjakan 3-4 proyek sekaligus? Jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan akan lebih banyak. Semakin banyak pesanan dari pelanggan, semakin gemuk perusahaan software house-nya. Hal inilah yang membuatnya lebih sulit bertumbuh secara eksponensial.
Apa yang saya sampaikan di atas adalah agar Anda memahami bahwa perusahaan software house memiliki keterbatasan dalam melayani pelanggan. Sedangkan kebutuhan industri akan vendor pengembang software ini masih banyak, di situlah peluang Anda memasuki bisnis ini. Bahkan menurut INDEF, belanja IT tetap mengalami kenaikan meskipun dalam masa pandemi.
Cara Membangun Software House
Jika Anda sudah mantap memilih jalan wirausaha dengan mendirikan software house, berikut ini beberapa tips dari saya untuk memulainya.
1. Definisikan Brand atau Nama Perusahaan
Bagi saya, yang pertama kali harus dilakukan saat mendirikan perusahaan adalah mendefinisikan brand. Sederhananya nama perusahaan, yang unik, mudah diingat, dan memiliki karakter.
Perusahaan software house biasanya memiliki nama yang mengandung kata teknologi, aplikasi, digital, informatika, sistem, inovasi, integrasi, dan istilah-istilah IT lainnya. Kombinasikan dengan Indonesia, nama kota, nama Anda, atau nama-nama ikonik lainnya.
2. Pilih Teknologi dan Metode Kerja yang Akan Ditawarkan
Mulai dari bahasa pemrograman PHP, Java, .NET, NodeJS, Golang, arsitektur monilitik dan microservices, hingga metode pengembangan software Agile dan Waterfall – inilah kayanya teknologi IT saat ini. Anda tidak dapat melayani semuanya, sumber daya kita terbatas.
Pilihlah 1-2 teknologi yang paling dikuasai dan memiliki permintaan pasar yang besar. Beda industri, beda juga teknologi yang digunakan. Berdasar pengalaman saya di industri software development, PHP masih menjadi primadona. Namun, di tingkat enterprise banyak yang menggunakan teknologi Java dan .NET. Di startup beda lagi, mereka cenderung menggunakan teknologi terkini, seperti NodeJS dan Golang.
Tentukan pilihan Anda, agar dapat melayani segmen pasar yang sesuai dengan optimal.
3. Menentukan Target Pasar
Setelah menentukan teknologi dan metode yang akan ditawarkan, sekarang saatnya memilih target pasar yang sesuai. Perusahaan-perusahaan besar, terutama di sektor perbankan dan industri keuangan, biasanya membutuhkan produk software dengan tingkat keamanan tinggi. Untuk melayani segmen ini, tentu Anda harus memiliki tim khusus untuk menguji keamanan produk.
Di perusahaan menengah, lebih bervariasi. Ada yang sudah melek IT dengan memiliki tim IT in-house, ada juga yang belum. Di segmen ini, perusahaan memiliki dana yang cukup untuk melakukan belanja IT. Berusahalah untuk meyakinkan mereka untuk berinvestasi di layanan Anda.
Ada juga perorangan dan usaha kecil yang update dengan teknologi. Mereka membutuhkan jasa Anda, tetapi kebanyakan terhalang dengan besarnya investasi. Untuk segmen pasar ini, dapat Anda gunakan untuk menambah portofolio di awal perusahaan berdiri. Namun, jika perusahaan software house Anda sudah mulai banyak pekerjaan, perlu hati-hati dalam menerima permintaan mereka.
4. Membuat Strategi Pemasaran
Sebuah bisnis, apa pun itu, pasti membutuhkan pemasaran untuk memperkenalkan produk dan layanan mereka. Tidak terkecuali dengan perusahaan software house.
Kebanyakan software house yang saya kenal, mendapatkan proyek IT dari referensi. Ada juga yang aktif mengikuti tender, baik di pemerintahan maupun swasta.
Anda juga dapat memanfaatkan strategi pemasaran digital untuk software house. GeekGarden, software house yang berbasis di Yogyakarta memasang Google Ads untuk memperkenalkan layanan mereka. Sedangkan Badr Interactive, memanfaatkan Facebook Ads untuk menawarkan ebook yang dapat diunduh secara gratis. Strategi yang sama juga dipraktikkan oleh Gits Indonesia dengan membagikan ebook studi kasus salah satu portofolio mereka.
Menemukan prospek di LinkedIn juga dapat Anda lakukan. Strategi social selling ini digunakan oleh salah satu software house kenalan saya, Kodegiri, yang aktif melakukan branding di platform media sosial tersebut.
Pilih satu atau dua kanal yang paling Anda kuasai untuk memperkenalkan bisnis baru Anda. Sebaiknya Anda tidak gelap mata dengan menggasak semua kanal pemasaran yang ada. Hal itu tidak akan efektif, karena sekali lagi, sumber daya yang kita miliki terbatas. Jadi pilihlah yang sesuai dengan karakter Anda untuk memperoleh hasil kampanye pemasaran yang optimal.
5. Menentukan Harga Layanan
Memang kebanyakan harga penawaran pengembangan software bersifat custom. Menyesuaikan besar lingkup pekerjaan dan lama proyeknya. Namun, ada baiknya kita menentukan harga paket jasanya. Anda bisa membuat rate card untuk acuan tarif tiap personil di tim software development. Berapa harga untuk Project Manager, Business Analyst, dan Programmer.
Saya telah menulis artikel terkait harga pembuatan software sebelumnya. Anda dapat mempelajarinya apakah konsep saya cocok dengan Anda atau tidak.
6. Membuat Rencana Bisnis (Business Plan)
Setelah Anda memilih brand, teknologi dan layanan sudah siap, menentukan target pasar, strategi pemasaran oke, dan harga sudah ada, saatnya Anda menuangkan itu semua ke dalam rencana bisnis. Dokumen ini lebih dikenal dengan nama Business Plan.
Tujuan membuat business plan adalah agar kita memiliki rencana tertulis. Apa yang menjadi tujuan bisnis dan sudah sampai mana perusahaan melangkah. Selain itu, business plan ini juga penting jika ada mencari mitra bisnis, baik itu partner untuk mengeksekusi perusahaan, maupun investor.
Anda juga dapat melihat contoh business plan usaha software house di artikel yang sudah saya tulis sebelumnya.
7. Mencari Partner (dan Investor)
Membangun software house memang bisa dilakukan seorang diri, seperti yang saya lakukan. Namun, idealnya bisnis ini setidaknya dijalankan oleh dua orang. Perusahaan bisa diibaratkan sebagai rumah tangga, dimana ada ayah (penghasil uang – profit center) dan ibu (manajemen produksi – cost center). Begitu pula bisnis, akan lebih baik jika ada yang bertanggung jawab pada penjualan, dan yang satu lagi menangani produksi.
Berikutnya adalah investor. Bisnis software house memang bisa berjalan tanpa modal yang banyak, cukup skill software development, laptop, dan internet sudah bisa jalan. Namun, dengan modal yang cukup, perusahaan Anda dapat melakukan investasi untuk pemasaran dan tim pengembang agar dapat menerima order lebih banyak. Di sanalah peran seorang investor, mendukung bisnis Anda dari sisi permodalan. Syukur-syukur jika dapat merangkap sebagai mentor.
8. Membuat Legalitas
Legalitas diperlukan ketika Anda membangun software house dengan mitra bisnis atau investor. Selain itu, beberapa pelanggan (terutama perusahaan besar) mensyaratkan bisnis kita untuk memiliki badan hukum yang sah. Hal ini selain untuk membangun kepercayaan, juga berkaitan dengan pajak jika ada transaksi jual-beli.
Ada dua jenis bentuk usaha yang banyak digunakan oleh rekan-rekan software house, yaitu PT dan CV. Bentuk usaha PT lebih banyak digunakan, karena secara hukum bentuk usaha ini adalah sebuah entitas yang terpisah dengan pendirinya. Sedangkan CV, secara aset usaha masih jadi satu dengan direksinya.
Untuk membuat legalitas usaha ini, untuk di Jakarta membutuhkan biaya sekitar Rp12-15 juta untuk PT, dan Rp7-8 juta untuk CV. Harga tersebut sudah lengkap termasuk Akta, izin usaha, dan pendaftaran di kantor pajak.
9. Mempersiapkan Tempat dan Peralatan Kerja
Sebelum melakukan pemasaran dan menerima order, ada baiknya Anda mempersiapkan tempat dan peralatan kerjanya. Hal ini perlu dilakukan agar kita dapat membangun perangkat lunak yang berkualitas, tepat waktu, dan tidak melebihi anggaran.
Selain bekerja di dalam satu tempat (workshop), Anda juga dapat memilih konsep bekerja secara remote. Tim pengembang software dapat bekerja darimana pun. Namun, pastikan konsep remote ini tidak menghambat koordinasi tim Anda. Saya pribadi lebih suka bekerja on-site, agar komunikasi lebih cepat, tetapi akhir-akhir ini mulai beralih ke kerja remote. Untuk konsep ini, proses rekrutmen programmer menjadi krusial, karena tidak semua orang siap dengan sistem ini.
10. Membuat Marketing Kit
Strategi pemasaran apa pun yang Anda pilih, tetap ada aset-aset pemasaran yang harus dimiliki perusahaan. Seperti website, company profile, template surat-menyurat, template proposal, template penawaran, dan lainnya. Aset-aset pemasaran tersebut perlu dipersiapkan agar kita siap mengirimkannya jika dibutuhkan oleh calon pelanggan.
11. Mencari Klien Pertama dan Mulai Bangun Portofolio yang Hebat!
Yap! Sekarang Anda sudah siap meluncurkan bisnis software house ini. Mulai eksekusi strategi pemasaran Anda, dan datangkan klien pertama! Pastikan untuk menyimpan dokumen-dokumen dengan rapi, karena penting sebagai bukti legal bahwa kita pernah bekerja sama dengan suatu perusahaan. Jangan lupa juga membuat showcase portofolio agar calon pelanggan yang lain dapat mempelajari pengalaman pekerjaan software house Anda.
Penutup
Memulai bisnis jasa, dalam hal ini jasa pengembangan software atau software house, sebenarnya dapat dilakukan dengan cepat. Persiapkan skill dan laptop untuk bekerja, kemudian cari klien. Sesederhana itu. Banyak orang menyebutnya gaya koboi.
Namun, jika Anda membuat rencana bisnis yang matang untuk perusahaan software house Anda, ini akan lebih baik. Perjalanan bisnis Anda akan lebih terarah, karena memiliki tujuan yang jelas, dan pencapaiannya dapat diukur.
Akhir kata, semoga sukses dengan bisnis software house-nya 🙂
Artikel Terkait Software House
- Apa itu Software House? Definisi, Layanan, dan Info Lainnya
- Contoh Business Plan Usaha Software House
- Bagaimana Saya Mendapatkan Proyek IT
- Tips Memilih Software House, Mana yang Sesuai untuk Perusahaan Anda?
- Pengalaman Berbisnis IT Software House, Ini 10 Hal yang Saya Pelajari
- 10 Peluang Bisnis IT yang Menjanjikan di Tahun 2022
- 10+ Software House Indonesia Terbaik – Disertai Data dari Clutch
- 15 Blog Software House Terbaik untuk Belajar IT
- 11 Langkah Cara Membangun Software House untuk Pemula
List Software House di Berbagai Kota
DAFTAR ISI :
- 1 Prospek Bisnis Software House
- 2 Cara Membangun Software House
- 2.1 1. Definisikan Brand atau Nama Perusahaan
- 2.2 2. Pilih Teknologi dan Metode Kerja yang Akan Ditawarkan
- 2.3 3. Menentukan Target Pasar
- 2.4 4. Membuat Strategi Pemasaran
- 2.5 5. Menentukan Harga Layanan
- 2.6 6. Membuat Rencana Bisnis (Business Plan)
- 2.7 7. Mencari Partner (dan Investor)
- 2.8 8. Membuat Legalitas
- 2.9 9. Mempersiapkan Tempat dan Peralatan Kerja
- 2.10 10. Membuat Marketing Kit
- 2.11 11. Mencari Klien Pertama dan Mulai Bangun Portofolio yang Hebat!
- 3 Penutup
- 4 Artikel Terkait Software House
- 5 List Software House di Berbagai Kota